Friday, November 22, 2024
HomeArtikelApriyanto Wijaya : Energi Pancasila Ada di Bandung

Apriyanto Wijaya : Energi Pancasila Ada di Bandung

BANDUNG | ONEDIGINEWS.COM | Tidak lepas dari perjalanan lahirnya Pancasila yang digagas Bung Karno semasa prakemerdekaan.

Apriyanto Wijaya, pengkaji pemikiran Bung Karno, Bandung tidak saja terkait soal aktivitas politik dan perlawanannya terhadap pemerintah kolonial.

Sebut saja soal pendirian Partai Nasional Indonesia hingga aktivitas perlawanannya pada pemerintah kolonial, yang membuatnya ditangkap kemudian diadili dan lahirlah pledooi Indonesia Menggugat yang termasyur itu.

“Bandung Bagi Bung Karno termasuk daerah yang jadi kontemplasi Bung Karno, bagaimana ide soal Pancasila itu lahir,” ungkapnya, Kamis (1/6/2023).

Menurut Apriyanto Wijaya, di Bandung, Soekarno bertemu petani bernama Marhaen, yang menginspirasinya terkait kehidupan rakyat yang tersisihkan imbas kapitalisme yang berkelindan dengan kolonialisme.

Pun persahabatan diwarnai perdebatan Bung Karno dengan A.Hasan, ulama Persis di Bandung, menguatkan ide soal Pancasila.

“Satu hal lagi, bandung juga berperan sangat besar terhadap pemikiran Bung Karno sebelum akhirnya muncul pidato pertama kali tentang Pancasila pada 1 Juni 1945,” kata dia.

Pada 2016, Presiden Joko Widodo menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan ditetapkan sebagai hari libur. Peringatan pertama Hari Lahir Pancasila, terasa istimewa karena digelar di Kota Bandung pada 1 Juni 2016.

“Energi Pancasila ada di Bandung. Sejatinya, arah kebijakan pembangunan manusia dan ekonomi dan aspek kepentingan publik lainnya di Bandung Raya tidak melenceng dari nafas Pancasila,” kata Apri, sapaan akrabnya.

Sebagai daerah yang dianugerah bentang alam yang indah, warganya yang ramah dan sejuknya daerah ketinggian, sejatinya, arah kebijakan pembangunan bersifat sustainable atau berkelanjutan.

“Karena pada dasarnya, nafas Pancasila dalam semua sila mengusung keberlanjutan dalam segala aspek kehidupan,” kata Apri.

Dalam aspek khusus, kebijakan kesejahteraan, misalnya. Arah kebijakan pemerintah harus menekan kesenjangan ekonomi.

Berkaca pada Marhaenisme, sekalipun Pak Marhaen dalam konsep Bung Karno memiliki segala faktor produksi yang dibutuhkan dalam menggerakan ekonomi, baik tanah, cangkul dan tenaga, namun toh tak menemukan suasana sejahtera karena terjadi penghisapan manusia atas manusia atau Exploitation de l’homme par l’homme.

“Konsep kesejahteraan sosial itu harus bisa menekan kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin. Jika dibiarkan tetap ada kesenjangan, bagaimana mungkin ada terjadi kesejahteraan sosial,” pungkasnya. (Nurjaya Bachtiar)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments