KARAWANG | ONEDIGINEWS.COM | Bupati Karawang, Aep Syaepuloh menegaskan jika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang sangat konsen dalam sektor kesehatan.
Karena menurut Bupati Aep, pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus dilakukan secara maksimal.
Hal ini disampaikannya dalam berbagai kesemptan pada saat Bupati Karawang meresmikan gedung puskesmas.
Dalam berbagai kesempatan tersebut, Bupati mengatakan puskesmas merupakan salah satu kebutuhan masyarakat sebagai pusat pembangunan kesehatan.
Ia pun berharap dengan dibangunnya beberapa fasilitas kesehatan dalam hal ini yaitu Puskesmas mampu memberikan manfaat kepada masyarakat khusus dalam hal pelayanan kesehatan terbaik karena sudah memiliki fasilitas yang baik.
Hal yang sama pun disampaikan Bupati saat membuka kegiatan Pembinaan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) Kabupaten Karawang Tahun 2024 yang dilaksanakan di Aula Husni Hamid, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Aep Syaepuloh bahwa pemerintah daerah terus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Kabupaten Karawang.
“Bapak ibu di sini sebagai agen perubahan, kita sama-sama berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Kalau kita bekerja bersama-sama, apa yang dicita-citakan dapat terwujud,” ucapnya.
Namun apa yang menjadi pesan Bupati tersebut seolah tak diindahkan oleh Puskesmas Tirtajaya.
Dimana diduga, akibat kelalaian Puskesmas Tirtajaya, seorang bayi mungil harus kehilangan nyawanya.
Pihak keluarga menduga bayi yang kemudian diberi nama Almh. Alinna Putri Andira ini, diduga meninggal dunia akibat kelalaian paramedis Puskesmas Tirtajaya, dalam menangani pasien yang akan bersalin pada hari Rabu, 10 Juli 2024 lalu.
Ironisnya sebagaimana yang dituturkan sang ayah bernama Andi (31 thn), pihak Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Puskesmas Tirtajaya tidak mengkonfirmasi kepada dirinya harus membayar biaya persalinan umum. Mereka langsung menilai jika ia dan keluarga pasti tidak akan mampu.
“Rabu siang (10/7/2024), pukul 11.00 WIB, istri saya dibawa ke Puskesmas Tirtajaya karena terasa ingin melahirkan dan langsung ditangani oleh bidan yang memang biasanya memeriksa istri saya pada saat kontrol kehamilan. Bidan kemudian menyampaikan, jika istri saya harus dirawat inap karena tensi darahnya tinggi,” kata Andi.
Lalu lanjutnya, pihak Puskesmas Tirtajaya pun meminta agar istrinya untuk dirujuk ke rumah sakit. Puskesmas mengatakan jika dirinya tidak memiliki BPJS Kesehatan tidak akan mampu membayar secara umum (mandiri) karena mahal.
“Padahal kalau ada konfirmasi saya pasti runding dulu dengan keluarga. Mau tidak mau kami akan bayar karena anak saya didalam kandungan harus segera ditangani. Karena memang BPJS saya tidak ada,” ucapnya lagi.
Bahkan Andi menuturkan, sejak siang istrinya merasa kesakitan. Tidak ada pelayanan medis, entah itu oksigen, infus maupun obat-obatan. Hanya diminta tiduran dan jalan-jalan.
“Setelah mengetahui jantung saya lemah, baru mereka sibuk. Lalu dirujuklah ke Rumah Sakit Hastin. Namun ketika dicek oleh perawat disana anak saya sudah tidak ada (meninggal dunia). Menurut dokter yang menangani disana (RS Hastin) kalau saja tiga atau empat jam lebih cepat dirujuk, maka anak kami selamat,” ulas Andi dengan nada terbata-bata.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Tirtajaya ketika dikonfirmasi terkait permasalahan tersebut diatas tidak memberikan jawaban.
Ilah Nurlaelah lebih memilih bungkam dari pada menjelaskan.
Reporter : Nina Melani Paradewi