KARAWANG | ONEDIGINEWS.COM | Ramainya pemberitaan soal adanya dugaan kematian tak wajar seorang wanita paruh baya di RS Hastien Karawang beberapa waktu lalu, membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang pun mengambil tindakan.
Pada Jumat ( 30/09/24), Kepala Dinas Kesehatan, Kabid Yanmed, La ode Ahmad, Gakum dr. Mala, Humas Ucin, dr. Koni bidan pelayanan beserta beberapa tim melakukan “kunjungan” untuk mengkonfirmasi terkait kejadian tersebut ke pihak RS Hastien.
Setelah melakukan konfirmasi kepada pihak RS, dengan jawaban yang sama seperti dikonfirmasi media, pihak RS Hastien tetap merasa tidak ada masalah dengan prosedur medis dan mengatakan kalau semua sudah sesuai SOP.
Walaupun keluarga pasien belum puas dengan jawaban tersebut, tapi karena awam dalam dunia medis mau tidak mau mencoba membenarkan apa yang mereka sampaikan.
Ada hal yang menarik perhatian disini, posisi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang berada sebagai pihak yang berwenang yakni, aparatur sipil negara (ASN) yang digaji pemerintah untuk melayani masyarakat, alih-alih mencoba untuk “memediasikan” persoalan yang terlanjur viral tersebut dengan cara kekeluargaan antara pihak Rumah Sakit dengan keluarga, justru malah terkesan lebih condong melakukan pembelaan kepada Rumah Sakit (RS) Hastien, dengan dalih yang sama persis diutarakan oleh pihak RS, “sudah sesuai prosedur dan tidak ada yang salah”.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Kabid Yanmed Dinkes Karawang, La Ode Ahmad ketika di konfirmasi ulang oleh awak media, pada Senin, (2/09/24).
La Ode mengatakan kalau tidak ada masalah yang “kronis” seolah nyawa manusia itu bukan soal yang kronis, hanya saja menurutnya ada yang sedikit krusial pada saat pasien menolak tawaran untuk rawat inap di ICU.
‘harusnya pasien menerima saja saran dari RS,” ujar La Ode seolah-olah memberi pembelaan kepada pihak RS.
Kabid La Ode mengatakan kalau kematian pasien merupakan “salah” keluarga sendiri yang tidak mau menerima tawaran untuk dirawat di ICU, (sekali lagi hanya asumsi kami saja).
“Sebetulnya titik permasalahannya hanya soal komunikasi dan empati,” lanjutnya menjelaskan.
“Saya juga menegur pihak RS agar lebih komunikatif dalam berinteraksi dan berkomunikasi” imbuhnya.
Namun, yang menjadi sorotan disini adalah ketika awak media meminta klarifikasi akan 2 hal,
1. Terkait kematian yang diduga tak wajar, dimana 7-10 menit setelah disuntikan obat yang diduga kuat mengakibatkan pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung.
2. Terkait jenis obat apa yang disuntikan tersebut sehingga pasien tak berapa lama meninggal dunia?
“Kenapa pak Kabid begitu yakin obat yang disuntikan itu adalah obat yang benar (ceftriaxone & ondansentron)?? kalaupun benar, seberapa yakin pak Kabid bahwa obat tersebut tidak berpengaruh apa-apa pada jantung pasien? ” ujar wartawan saat mencecar pertanyaan kepada La Ode Ahmad, Kabid Yan Med Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
Tiba-tiba suasana pun berubah, La Ode langsung menaikan nada bicara hingga “MENGGEBRAK MEJA” seakan kesal dengan pertanyaan media.
“Siapa lagi yang saya harus percaya? kata temen-temen medis di RS emang obat itu yang disuntikan, kami ada resumenya..!! sebagai sesama orang medis saya harus yakin dengan dokter-dokter yang memberikan statement tersebut” pungkas La Ode sembari menggebrak meja kaca yang berada di depannya.
“Dokter-dokter itu disumpah, kalau mereka melanggar sumpahnya ya resiko sendiri..!! Kualat, keterlaluan..!!” tegasnya lagi.
Seketika suasana pun hening hingga tim media melanjutkan perbincangan untuk mencairkan suasana.
Adalah hal yang aneh ketika seorang Kabid Yanmed yang memiliki latar belakang juga seorang dokter, berbicara soal medis mengambil tolak ukur hanya dengan dasar “katanya”, sebagaimana ungkapan La Ode sendiri.
Analogi sederhananya, jika mengambil tolak ukur kebenaran/fakta hanya dari “katanya” maka jangan heran nanti kalau ada penjahat yang dibebaskan Polisi hanya karena “katanya” dia tidak mengakui kalau dia berbuat kejahatan.
Kalau saja karena sumpah dokter kita percaya, maka ada berapa banyak para pejabat negara yang masuk bui setelah disumpah jabatan?.
Diakhir pembicaraan, awak media pun mengklarifikasi kembali terkait tindakan “gebrak meja” ala mr. La Ode tersebut dan ia mengatakan jika hal itu reflex dan tidak bermaksud apa-apa? Serta meminta maaf atas ketidak sengajaannya.
Ini kontradiksi sekali, La Ode berbicara soal empati namun dalam waktu yang sama ia juga menggebrak meja kepada media.
La Ode pun sepakat, jika attitude adalah hal utama, sikap pihak RS yang tidak bersedia ditemui dan malah “menantang” media dan keluarga korban untuk lapor polisi adalah tindakan yang tidak patut dilakukan, sebagai pelayan Kesehatan, pihak RS seharusnya bersedia untuk dikonfirmasi oleh media terlebih-lebih ketika itu tim media berkunjung bersama anak kandung korban, Hj. Atih binti Gadi yang merenggang nyawa di RS tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Kabid La Ode melalui Humas Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Ucin Supriadi, mengungkapkan, jika dirinya menggebrak meja murni reflek saat dirinya sedang menepuk nyamuk.
“Soal menggebrak meja sudah saya jelaskan saat itu juga bahwa itu murni reflek saat saya sedang menepuk nyamuk di hadapan saya saat itu. Saya juga sudah minta maaf kalau hal tersebut disalahtafsirkan. Tidak ada maksud untuk menggebrak meja dalam arti yang negatif. Mangga, ada Allah yang bisa menilai semua,” singkatnya.
Reporter : Nina Melani Paradewi