KARAWANG – Debat antar pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati yang akan bertarung di Pilkada Karawang 9 Desember 2020 mendatang, sukses di gelar KPU Karawang.
Debat yang disiarkan secara langsung di iNews TV , Rabu malam , 25 November 2020, pukul 19.00 WIB ini menghadirkan 3 Paslon yakni, Nomor urut 01 Yessi Karya Lianti – Adly Fairuz, Nomor urut 02 Cellica Nurrachadiana – Aep Saepulloh, Dan Nomor urut 03, Ahmad Zamakhsyari – Yusni Rinzani.
120 menit waktu yang disediakan untuk ketiga paslon tersebut, nampak berbobot dengan saling adu argumentasi, gagasan, ide dan strategi untuk memajukan Kabupaten Karawang selama lima tahun ke depan.
Lalu apa yang menarik dalam debat dengan tema “Penghentian Pandemi Covid-19 dan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah dalam Persaingan Nasional dan Global” ini ?.
Pengamat Sosial Politik (Sospol), Heigel mengatakan debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih pasangan calon, mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan.
“Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing dalam bingkai topik perdebatan, point-nya itu dulu,” kata Heigel.
“Psikologi massa bisa menilai siapa yang bisa bicara di depan kamera dan siapa yang mentalitasnya blepotan, omong di depan kamera nervous atau gugup. Karena On air, omong argumen di depan publik bisa berubah jadi curhat,” ujar Heigel.
Yang menarik, menurut Heigel, ia melihat justru malah Ahmad Zamakhsyari atau Jimmy yang malam tadi lebih bisa menguasai panggung debat.
“Bisa mengungkapkan pendapat, merupakan corak orang yang percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri dan berani mengatakan hal yang baru, new vision sebagai pemimpin,” ulasnya.
Hal ini, lanjut Heigel dapat terlihat dalam serangan pertanyaan tajam dari kubu paslon 02. Waktu Calon Wakil Bupati ,Aep Saepulloh bertanya soal mengentaskan kemiskinan dengan “Kartu Sakti”.
“Tapi saat itu, Jimmy bisa mematahkan pendapat lawan debat, menyangkal dengan argumentasi lagi. Serangan berbalik menjadi penjelasan,” kata Heigel.
“Dalam debat itu Jimmy juga berhasil menjadikan ajang promosi dirinya punya program 3 Kartu Sakti di Pilkada Karawang 2020 ini. Dan bila jadi bupati terpilih dalam waktu seminggu sekali sanggup ngantor di Desa atau kelurahan. Artinya ada hal baru dalam visi bupati Karawang versi Jimmy-Yusni yang tak pernah dilakukan bupati sebelumnya,” ujar Heigel.
“Dengan 3 kartu program andalannya, Wira Usaha, Kartu Petani Subsidi Pupuk, Kartu Guru Ngaji. Serta lewat program kerjasama bupati dengan Perbankan Rp. 50 miliar bisa disisihkan buat rakyat Karawang yang belum menerima Program Keluarga Harapan (PKH),” paparnya.
“Intinya argumen Jimmy uang APBD dari rakyat, oleh rakyat, harus kembali ke rakyat. Dan pemerintah pusat melalui BLT sudah memberi contoh dari zaman Presiden SBY sudah ada,” kata Heigel memaparkan pengamatannya.
Sementara itu, Pertanyaan yang paling bagus dilontarkan oleh Paslon Nomor urut 01 yaitu Yessy-Adly. Saat giliran Yessy bertanya kepada Paslon petahana Nomor urut 02 Cellica-Aep, “apa yang sudah Anda lakukan dalam penanganan Covid-19 mengingat masih ada peningkatan jumlah yang positif yang kena Covid di Kabupaten Karawang?.
Kata Heigel, Cellica justru malah keceplosan mengaku dirinya korban Corona, Calon Bupati petahana itu juga menjelaskan selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Karawang.
“Menyerah, akhirnya dia (Cellica-Red) mengatakan dalam debat itu, masalah pandemi Covid-19 adalah masalah kita bersama, masalah pemerintah dan rakyat, masalah kita semua,” ulasnya.
Heigel menandaskan, apa yang diucapkan Cellica itu “klise” artinya Cellica tidak punya argumen kuat tentang visi-misi penanganan Covid-19 untuk Karawang di masa depan.
“Semua sudah tahu Karawang zona merah, grafik angka Covid-19 di Karawang naik terus. Sampai hari ini klaster pasar, mall, industri, dan orang berkerumun bisa dilihat jelas di Karawang. Banyak pelanggaran prokes, buktinya waktu daftar ke KPUD Kemendagri tegur Bupati Karawang karena buat kerumunan,” lanjutnya.
Dalam debat itu pula Cellica malah menjelaskan kegagalannya dirinya sebagai bupati Karawang dengan menyadari ke-khilaf-annya. “Ya… saya menyadari selama 4 tahun setengah, saya banyak kurang dan khilaf untuk membangun Karawang,” tuturnya.
“Padahal seorang penguasa tidak boleh mengatakan kelemahannya di depan publik, karena bisa jadi sasaran tembak lawan politiknya, dan rakyat tidak suka menggantungkan nasibnya pada pemimpin yang lemah,” Pungkas.(NN)