Sunday, December 22, 2024
HomeProfil SosokLegenda Hidup Genjring, Usianya Kini 110 tahun

Legenda Hidup Genjring, Usianya Kini 110 tahun

CIREBON – Semua pasti tahu dengan alat musik padang pasir yang satu ini, Genjring. Namun tak banyak orang tahu, siapa yang mengenalkan dan menyebarkan Genjring di negeri ini, hingga keberadaannya kini sudah memasyarakat.

Salah satu sosok penting di balik memasyarakatnya Genjring di negeri ini adalah Abdul Kafil. Usianya kini 110 tahun. Pria yang tinggal di Desa Lebakmekar Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon ini, merupakan legenda hidup dari keberadaan Genjring. Dan berkat dia pula, Kabupaten Cirebon dikenal sebagai daerah penghasil Genjring, hingga menjadikan Desa Lebakmekar sebagai sentra kerajinan Genjring.

Hampir sebagian besar warga desa tersebut kini berprofesi sebagai pengrajin Genjring dan bedug. Dari kerajinan tangan warga desa ini pula, Genjring kemudian menyebar ke seluruh Indonesia.

Abdul Kafil yang akrab disapa Mbah Kafil, tampak begitu ramah, meski kondisinya sudah rapuh karena termakan usia, dan hanya bisa terbaring serta duduk di tempat tidurnya, namun terlihat masih segar.Dengan menggunakan bahasa Sunda maestri genjring bercerita.

“Abah mimiti mawa Genjring ka Cirebon tahun 1950. Awalna ngenalken Genjring di Kaliwadas, Bumiayu, Brebes. (Abah pertama kali membawa/mengenalkan Genjring ke Cirebon tahun 1950. Awalnya mengenalkan Genjring di Kaliwadas, Bumiayu, Brebes),” ujarnya, dengan suara terbata-bata, saat berbincang dengan media ini, Selasa (4/8).

Mbah Kafil melanjutkan ceritanya. “Abah ti leutik tos diajar nyieun Genjring, sabari nabeuhna. (Abah dari kecil sudah belajar bikin Genjring, sembari memainkannya),” lanjut Mbah Kafil.

Saat-saat awal dirinya mengenalkan alat musik padang pasir ini, dikatakannya sangat tak mudah. Masyarakat, waktu itu masih menganggap Genjring sebagai alat musik asing dan tak lazim.

Namun, dia tak patah semangat. Dirinya terus mengenalkan alat musik tersebut, sembari mendemokannya, kepada masyarakat yang ditemuinya. Diapun masuk ke pesantren-pesantren, hingga akhirnya mulai banyak dari kalangan pesantren yang belajar memainkan Genjring, sekaligus membeli produk kerajinan tangannya.

“Masarkeun Genjring Abah leumpang, nepi ka tilu poe leumpang, nyuksruk ka lembur-lembur jeung pasantren. (Masarkan Genjring Abah jalan kaki, sampai tiga hari jalan kaki, menyusuri perkampungan dan pesantren),” ucap Mbah Kafil.

Beberapa tahun berselang, Genjring pun mulai dikenal. Seiring itu, banyak tetangga Mbah Kafil (warga di Desa Lebakmekar Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, belajar membuat kerajinan alat musik tersebut kepadanya. Hingga akhirnya, kerajinan dan profesi itu diteruskan dan turun temurun pada generasi berikutnya di desa tersebut, sampai sekarang.

Kuwu (Kepala Desa) Lebakmekar, Kecamatan Greged, Kabupaten Cirebon, Alex Setiawan, mengatakan, hampir sebagian besar dari warganya menekuni profesi sebagai pengrajin alat musik Genjring dan bedug. Produk Genjring dan Bedug dari desanya, kata dia, sudah menyebar ke semua daerah di Indonesia.

“Pelopor dan yang membawa Genjring ke sini adalah Mbah Kafil. Beliau legenda hidup,” katanya, saat mengantar media ini bertamu ke rumah Mbah Kafil. (bay/red)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments