SUBANG– Hingga saat ini masyarakat diberbagai desa di wilayah Subang, masih menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang yang telah dilakoni sejak ratusan tahun yang lalu. Tradisi hajat bumi atau ruwatan bumi merupakan manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi.
Ruwatan bumi tahun ini di Dusun Kedung Picung Rw 04, DesaPasirmuncang,Kecamatan Cikaum, Subang, digelar secara sederhana dampak pandemi Covid-19 .
Ketua Rw 04, Kosasih mengatakan tradisi ruwatan bumi ini merupakan agenda tahunan yang setiap panen digelar ruwat bumi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil bumi yang melimpah .
“Ruwat bumi ini merupakan rasa syukur atas hasil panen masyarakat,” kata Kosasih, Senin (19/10).
Makna dari budaya ngaruwat bumi ini dengan mengajak masyarakat kampung membawa panganan hasil bumi selain rasa syukur tadi sekaligus sebagai tindakan tolak bala dan penghormatan terhadap para leluhurnya.Sehingga pada musim yang akan datang kembali dengan hasil yang lebih baik.
“Tradisi budaya ini setiap tahun selalu dilaksankan dengan meriah, tapi tahun ini dilaksankan secara sederhana,” terangnya.
Kesederhanaan Ruwatan bumi ini karena dampak pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda mereda dan Acara sederhana tersebut untuk mematuhi anjuran pemerintah dalam menjalankan protokol kesesatan (prokes) tidak menggelar hiburan wayang kulit karena akan mengumpulkan lebih banyak orang.
“Kita ikuti aturan protokol kesehatan ,pelaksaanpun kita buat sesederhana mungkin,” tutupnya (Nury)



